AKTUALITA

Seminar Nasional Fakultas Teologi USD

Hari ini, tanggal 24 oktober 2023, seluruh civitas akademika Fakultas Teologi Wedabhakti, Universitas Sanata Dharma, dalam rangka memperingati Dies Natalis Fakultas yang 39, Fakultas mengadakan Seminar Nasional. Seminar Nasional kali ini mengangkat tema “Filsafat dan Teologi Kontemporer Indonesia”. Seminar nasional ini terdiri dari tiga sesi dengan masing-masing dua pembicara, sebagai berikut:

Sesi pertama: Pada sesi pertama ini ada dua pembicara dengan materinya masing-masing yang akan disampaikan, dengan mengangkat tema umum yaitu: “Religion and Public Sphere” pada pembahasan petama ini dimoderatori oleh: Marselinus Dhewandari, S.Fil. kemudian Dr. Otto Gusti Madung, dengan durasi waktu sekitar 08.15 – 09.00, ia banyak membahas mengenai bagaimana upaya-upaya dalam merekonstruksi diskursus tentang peran publik agama di Indonesia dalam terang pandangan Habermas tentang relasi antara Iman dan Akal Budi (Reconstructing the Discourse on Public Role of Religion in Indonesia in Light of Habermas’ View on the Relationship between Faith and Reason)

Setelah itu pembicara kedua dengan durasi waktu dari 09.00 – 09.45, Dr. Aloysius Widyawan Louis banyak menjelaskan mengenai bagaimana membangun budaya dialog: belajar dari pemikiran Karol Wojtyla. Dalam pemaparannya sendiri, memang bahwa dialog menjadi salah satu cara yang juga telah diteladankan oleh Paus Yohanes Paulus II, untuk menjebatani bagaimana sikap toleransi dalam bergama di Indonesia yang plural ini dapat dijalankan.

Sesi kedua: Pada sesi ke-dua hari ini dalam rangkaian Seminar Nasional mengusung tema Recent Democracy – Indonesia & China yang dimoderatori oleh Fr. Dominikus Setio Haryadi, S. Fil. Pemateri pertama adalah Romo Dr. A. Widyarsono SJ dengan judul “Krisis Demokrasi Dewasa Ini Menurut Charles Taylor”. Ia mengatakan dalam sesinya bahwa, “Mengacu pada analisis Charles Taylor dan kawan-kawan tentang pemusatan demokrasi, saya merasa bahwa kita tidak boleh kehilangan fokus pada fundamentalisme pasar yang adalah persoalan besar yang perlu menjadi pokok perhatian kita bersama. Gerakan-gerakan untuk bereaksi terhadap itu adalah sesuatu yang perlu selalu kita lakukan, karena fudamentalisme pasar membuang prinsip solidaritas dan kesetaraan, itu adalah persoalan pokoknya. Jadi, atas nama kebebasan semuanya di sahkan, itu yang menurut saya bahaya”.

Pemateri kedua adalah Frater Klaus Heinrich Raditio, S.J. Ph.D. dengan judul “Natur Negara RRT dan Status Hubungan Bilateral”. Ia mengatakan pada akhir sesinya bahwa, “Negara China menganut satu sistem dan dua mekanisme yaitu pasar dan terencana. Di Indonesia perusahaan-perusahaan China masuk melalui mekanisme pasar. Indonesia harus menjamin kemitraan strategis yang terus berjalan sesuai dengan maksudnya dengan komitmen untuk meningkatkan nilai tambah dan pembangunan infrastruktur”.

Sesi ketiga (room): Sesi ini dimulai pada pukul 13.15 WIB. Namun pada sesi ketiga ini rupanya dinamika presentasi sedikit berbeda dengan kedua sesi sebelumnya karena pada sesi ini ada banyak pemateri yang mempresentasikan artikel mereka yang dikaji dari pelbagai perspektif. Dalam sesi ini para peserta seminar akan memilih room atau ruangan virtual sesuai dengan minat dan rasa ketertarikan masing-masing.

Para pemateri ini dibagi dalam sepuluh room atau ruangan virtual sesuai dengan kajian masing, misalnya room 4 dikaji dari perspektif Filosofis atas Pembebasan dari kemiskinan dan lain sebagainya. Pada room ini ada empat topik yang dibahas. Pertama “Fenomena “ngemis online” dalam kacamata Matius 25:35-36 dan Kisah Para Rasul 3:1-26” yang ditulis oleh Rm. Nikolas Kristianto, SJ dan Gabriel Singgih. Artikel ini mau menggambarkan fenomena mengemis online yang viral baru-baru ini dari pandangan Matius dan Kisah Para Rasul. Artikel kedua berjudul “Alteritas dan peleburan horizon dalam scriptural reasoning untuk penguatan moderasi beragama” yang ditulis oleh Krueger Kristanto Tumiwa dan Halomoan Alfian Londok. Artikel ini berisi tentang kehidupan agama dan kepercayaan yang beragam di Indonesia menjadi suatu yang harus disikapi dengan “dialog” supaya masyarakat selalu hidup dalam damai dan rukun.

Lalu pada tempat ketiga artikel dengan judul “Stigmatisasi dan diskriminasi terhadap ODHA di Maumere dalam terang teologi pemerdekaan Mangunwijaya” membahas mengenai stigmasisasi dan diskriminasi terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV-AIDS di Maumere, Flores, NTT. Dan terakhir artikel berjudul “Pedro Casaldáliga dan teologi pembebasan” karya Vendy Koli. Artikel ini berisi tentang tujuan teologi pembebasan yaitu untuk menyelamatkan teologi dari obsesi terhadap teologis-intelektual dan memprioritaskan ortopraksis, yaitu bagaimana mengkomunikasikan pesan Allah kepada mereka yang miskin dan terpinggirkan.

Sesi ketiga dalam seminar nasional ini berjalan dengan lancar. Para pemateri dengan penuh semangat mempresentasikan hasil karya mereka dan ke 18 partisipan menyimak materi dengan serius sehingga di akhir presentasi banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta. Sesi ini ditutup oleh ucapan terima kasih dari moderator atas partisipasi peserta dan pemateri dalam sesi ini dan permohonan maaf atas semua hal yang tidak berkenan. Dengan demikian seluruh rangkain seminar dalam rangka Dies Fakultas yang ke 39 ini telah selesai. Besar harapannya bahwa seluruh warga Fakultas dapat semakin semangat dalam mengembangkan diri dan pengetahuan sesuai dengan perkembangan filsafat dan teologi kontemporer di Indonesia ini. (Oleh: Fiktorianus Suyono, Vincensius Anggi & Aquilio Putra)

  Kembali
Lihat Arsip