AKTUALITA

Kuliah Umum : Meneladan Cura Personalis dari Sosok Dosen Sejarah Romo Floribertus Hasto Rosariyanto

Kamis, 26 Oktober 2023, Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengadakan kuliah umum dalam rangka perpisahan dengan Romo Floribertus Hasto Rosariyanto SJ yang telah menjadi dosen di FTW selama 26 tahun. Rm. Hasto SJ juga menulis sebuah buku berjudul “Cura Personalis Perjumpaan yang Meneguhkan Peziarahan dan Persaudaraan” sebagai satu penanda yang tampak dari keterlibatan beliau menjadi dosen di FTW. Acara kuliah umum ini juga salah satu rangkaian acara untuk menyambut dies natalies Fakultas Teologi Wedhabakti yang ke-39 tahun.

Kuliah umum ini diselenggarakan pada pukul 16.00-18.00 WIB di aula pascasarjana FTW. Acara kuliah umum ini dihadiri oleh para mahasiswa/i, para dosen, para romo dan suster. Adapun rangkaian rundown acaranya sebagai berikut. Pertama, sambutan dari MC yaitu Fr. Gerald, OMI, lalu menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu mars FTW, dilanjutkan dengan pengantar dari ketua dekan FTW Rm. C.B Mulyatno, Pr, kemudian MC menyerahkan kepada Moderator kuliah umum Fr. Krisna Bayu MSF dilanjutkan dengan memanggil Rm. Hasto serta keempat dosen narasumber lainnya untuk masuk dalam sesi materi yang membicarakan tentang cura personalis, lalu ada tanya jawab, pengenalan buku cura personalis, serta ditutup dengan doa.

Ketika sesi materi kuliah umum yang diawali oleh Romo Hasto beliau bercerita tentang minatnya dalam sejarah sudah tumbuh sejak SD dan SMP berkat ketekunan membaca dan kemampuan menghafal sempat juga waktu SD nilai ujian pengetahuan umumnya tertinggi pada tingkat kecamatan. Puncak kecintaan pada sejarah ketika mendapat tugas perutusan dari Kongregasi SJ untuk studi sejarah.
Beranjak dari pengalaman itu, ada dua peristiwa yang menjadikan Romo Hasto sebagai sosok cura personalis. Peristiwa pertama, ketika TOP (Tahun Orientasi Pastoral) beliau ditugaskan di Xavier high school tepatnya di pulau Pasifik Micronesia dan berjumpa dengan siswa bernama Fransiawan seorang dulunya berprestasi lalu kemudian terpuruk akademiknya berkat pendampingannya dia berhasil bangkit serta kembali berprestasi di kelasnya. Peristiwa kedua, ketika menjadi imam baru bertugas sebagai pamong kelas dua di seminari Mertoyudan. Beliau mendapat perhatian dari lima seminaris yang mengatakan : “Romo, kami minta maaf karena kami tadi ribut, dan romo yang biasanya di kelas tidak pernah menggunakan bahasa jawa kok tadi menggunakannya”. Dua pengalaman itulah yang menyentuh Rm. Hasto SJ menjadikannya sosok yang hangat dan penuh perhatian kepada siapapun.

Pada kuliah umum ini juga, menghadirkan beberapa dosen sebagai narasumber yaitu Romo Nikolas Kristianto, SJ, Rm. Agus Widodo, Pr, Rm.Bambang Irawan, SJ, dan Rm. Martinus Joko Lelono, Pr. Di mana dari keempat narasumber itu memiliki pendapat serta pengalaman tersendiri dalam perjumpaannya dengan Rm. Hasto SJ. Narasumber pertama, Rm Niko, SJ beliau mengungkapkan ibarat kisah Musa dalam kitab keluaran di mana Allah begitu peduli dan hadir mendampingi umat Israel melalui Musa. Demikian pula perjumpaan dengan Rm. Hasto SJ. yang hadir, peduli, dan perhatian sebagai teman sekantor.
Narasumber kedua, Rm. Joko Lelono, Pr menyampaikan kesan pertama berjumpa dengan Rm.Hasto SJ sebagai pribadi yang hangat, bapa rohani yang baik, dan selalu minta didoakan. Beliau juga menyampaikan kaitannya dengan post kolonial bahwa jangan menganggap diri lebih rendah dari bangsa penjajah melainkan setiap pribadi itu sepadan. Demikian pula perjumpaan dengan Rm. Hasto SJ telah menerimanya sebagai pribadi yang sepadan.

Kemudian narasumber yang ketiga, Rm. Agus mengenal  Rm. Hasto SJ sejak beliau masih pendidikan di seminari, kuliah di FTW, hingga menjadi imam. Dimana Rm.Hasto SJ sebagai formator sekaligus sahabatnya sampai sekarang. Pengalaman inilah mengingatkannya akan persahabatan Yohanes Krisostomus dengan Basilius yang melahirkan refleksi-refleksi mendalam tentang martabat imam dan imamat. Begitu pula yang dialami oleh Rm. Agus dalam relasinya dengan Rm.Hasto SJ menjadi sahabat yang penuh kasih.
Beralih ke narasumber yang keempat yaitu Rm. Bambang Irawan, SJ. Beliau bercerita sudah berjumpa dengan Romo Hasto SJ ketika dulu menjadi rektor di kolsani dan dia masih frater. Dimana Romo Hasto SJ menunjukkan kepedulian kepada para mantan frater dengan membantu mereka mencari pekerjaan agar dapat survive. Hal ini bagi Rm. Bambang menjadi konkrit sitasi dari filosofi cura personalis. Karena, perjuangan nilai tanpa terstruktur hanya akan menjadi khotbah kosong tanpa makna, struktur tanpa nilai hanya akan menjadi kumpulan standar tanpa jiwa. Dari sinilah dalam diri Romo Hasto SJ memberi teladan kepada Rm.Bambang SJ untuk menjadi cura personalis melalui tindakan menolong yang terstruktur serta mampu menciptakan combine capability agar mereka yang ditolong dapat able to do dan able to be.

Pada akhirnya jika boleh diambil kesimpulan dari hasil diskusi kuliah umum ini. Pura personalis merupakan sebuah pendakian terhadap individu, perjumpaan yang saling menguatkan antara seorang guru dan seorang murid, antara seorang dosen dengan seorang mahasiswa, antara kakak dan adik, antara seorang sahabat agar semakin berkembang dalam perbedaan menjadi persaudaraan. Kita semua diundang untuk semakin memiliki kemampuan yang adaptif hidup dalam budaya yang semakin kentol, semakin cair, dan semakin hybrid sehingga memiliki keseimbangan serta daya tahan untuk menjalani kesempatan hidup memberikan kontribusi yang positif, membawa energi yang positif bagi kehidupan bersama.
Selanjutnya kuliah umum ini, ditutup dengan pemberian apresiasi kepada Romo Hasto SJ oleh ketua dekan FTW Romo C.B Mulyatno. Pemberian buku cura personalis oleh Romo F.A Purwanto SCJ kepada Romo Hasto SJ. Serta ditutup dengan closing statement dari Romo Floribertus Hasto Rosariyanto SJ yang mengatakan : “Bagi saya para mahasiswa/i adalah energi hidup saya”. (BDS)
 
 
 

  Kembali
Lihat Arsip