Berita

Pelatihan Public Speaking: Novis SJMJ Latihan Berkomunikasi

22 April 2024

Meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum merupakan salah satu program dalam formasio dasar para Novis Tahun Kedua SJMJ (Suster Jesus Maria Joseph).   Untuk kali kedua Romo Yoseph Ispuroyanto Iswarahadi  SJ selaku dosen Pendikkat-USD dan staf SAV-USD/LPPM dipercaya untuk mendampingi pelatihan ini. Pelatihan diselenggarakan di Novisiat SJMJ Regina Coeli, Condrodiningratan, Yogyakarta  pada tanggal 15-19 April 2024, pukul 07.30 – 15.30.  Para pesertanya adalah 14 suster novis yang pada 8 Juni 2024 akan menyelesaikan masa novisiatnya dan akan diutus untuk berkarya.
 
 Novis SJMJ, Peserta Pelatihan Public Speaking

Tujuan dari pelatihan ini adalah meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan mengekspresikan diri dan kemampuan berbicara di depan umum. Kemampuan Public Speaking mesti dibina sejak muda, sehingga hari demi hari mereka semakin siap diutus untuk mewartakan iman dan menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi umat yang dipercayakan kepada mereka. “Setiap bangsa butuh pemimpin, setiap organisasi butuh pemimpin, juga setiap jiwa butuh pemimpin. Bagaimana orang bisa memimpin hal yang lebih tinggi jika ia tidak bisa memimpin dirinya sendiri dalam berkomunikasi? Dengan menumbuhkan rasa percaya diri, Anda siap menerima hal yang lebih besar.” (Margantoro, J.B. Masyarakat Berkomunikasi, 2008:211).

 
Penjelasan Teori oleh Pendamping

 
Materi yang dilatihkan selama sepekan adalah ekspresi melalui bahasa foto, berpidato, berpuisi, berkotbah, dan memimpin sebuah pertemuan bertitik tolak dari media (Katekese Audio Visual). Selama proses pelatihan, tutor pendamping secara garis besar memberikan teori dan prinsip-prinsip dasar berbicara di depan umum. Kemudian sebagian besar waktu dipakai untuk membuat persiapan dan praktik. Setiap peserta diberi tugas untuk tampil dan setiap peserta mendapat pendampingan saat persiapan dan evaluasi dari pendamping satu per satu.
 
Pada hari pertama, mereka mendapat tugas mengekspresikan diri bertitik tolak dari bahasa foto. Ada puluhan  foto yang digelar di lantai dan setiap peserta wajib memilih satu foto/gambar yang paling menarik dan berkaitan dengan pengalaman hidupnya. Satu per satu diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri dan mendapat komentar dari  pendamping. Penampilan pertama ini sungguh menentukan. Kepercayaan diri semakin tumbuh dan menjadi bekal untuk tugas berikutnya. Bahasa foto/visual menyentuh perasaan, mengingatkan mereka akan pengalaman eksistensial dan membantu mereka untuk membagikan pengalaman itu kepada orang lain sambil menunjukkan foto yang dipilih.

  
Ekspresi diri lewat bahasa foto

 
Pada hari kedua, para peserta diberi tugas untuk menyiapkan materi pidato dan berpraktik satu per satu dengan mendapat masukan atau evaluasi dari pendamping. Ada 4 tema besar yang bisa dipilih dan diolah, yaitu  iman dan hidup religius, kemiskinan dan orang muda, dan lingkungan hidup (Universal Apostolic Preferences dari Serikat Yesus). Pendamping memberikan teori dasar berpidato dan contoh naskah pidato. Selebihnya, para peserta menyusun pidato dengan menggunakan referensi di perpustakaan maupun internet. Satu per satu berkonsultasi dengan pendamping. Akhirnya, masing-masing berpidato di depan kelas dan mendapat evaluasi dari pendamping. Setelah itu mereka memetik pengalaman dari tugas pidato ini. Latihan ini dirasakan sungguh membekali kemampuan untuk berpidato. Mereka dapat mengatasi kebuntuan gagasan dan merasa bahagia setelah bisa menuangkan gagasan dalam teks pidato dan membawakannya di depan umum.

 
    
Praktik Berpidato

 
Pada hari ketiga, setelah diberi pengantar dan contoh oleh pendamping, para peserta menulis puisi dan masing-masing mengekspresikannya di depan umum. Saat melakukan tugas menulis puisi, para peserta sudah semakin percaya diri dan mereka sangat kreatif dalam menulis puisi dan saat mengekspresikannya. Mereka semakin terbebas dari belenggu ketakutan dan ketidakpercayaan diri. Penampilan puisi dilakukan di tempat yang berbeda sesuai dengan pesan dari puisi.

         
 Praktik Berpuisi
 
Pada hari keempat, para peserta mendapat tugas yang lebih sulit, yaitu menyiapkan dan menyampaikan homili berdasarkan kalender liturgi tanggal 18 April s.d. 1 Mei 2024. Ini adalah tugas yang menakutkan, sekaligus tugas yang memberi pengalaman indah bagi mereka. Pada umumnya para peserta sudah pernah mendapat tugas berkotbah. Kali ini tuntutannya lebih berat, karena persiapannya lebih serius, sistematis dan mendalam. Pengkotbah harus yakin akan pesan yang diperoleh dari teks Kitab Suci, lalu harus ada referensi yang memperkuat pesan dan disampaikan dengan cara yang komunikatif. Persiapan kotbah dikoreksi beberapa kali oleh pendamping. Ketika teksnya sudah matang, baru boleh dipraktikkan. Setelah selesai praktik, mereka mensyukuri proses yang telah dilalui. Ada pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh.

 
  Praktik Berkotbah

Pada hari kelima, para peserta mendapat materi tambahan, yaitu apresiasi film dan menyiapkan modul katekese audio-visual untuk PIA (Pendampingan Iman Anak-anak) dan PIR (Pendampingan Iman Remaja). Film utama yang menjadi bahan apresiasi adalah “Mathias Wolff SJ: Serigala Pembela Iman” produksi kerjasama antara Kongregasi SJMJ dan SAV-Puskat pada tahun 2015. Para Novis belum pernah menonton film ini. Film in berkisah tentang sejarah kongregasi SJMJ yang didirikan oleh Pater Mathias Wolff SJ sekitar 200 tahun yang lalu di Belanda. Para Novis sangat menikmati film ini. Selain itu, ada 7 film pendek yang diapresiasi. Film-film ini juga diproduksi oleh SAV-Puskat 2010-2012 untuk pendidikan karakter di sekolah formal maupun non-formal. Setelah mengapresiasi film-film tersebut, setiap peserta dibimbing untuk menyiapkan modul katekese audio-visual. Awalnya, tugas ini tidak mudah, tetapi setelah didampingi, mereka juga bisa menghasilkan modul katekese audio-visual berdasarkan film-film yang telah dipelajari. Mereka sangat bersyukur mendapatkan materi ini, karena sangat aplikatif untuk tugas-tugas mereka setelah lulus dari novisiat ini.
 
Dalam acara evaluasi dan penutupan, para novis mengungkapkan kesan mereka mengikuti pelatihan Public Speaking ini. Semua menilai bahwa pelatihan ini sangat menyenangkan dan sangat berguna. Mereka merasa sungguh-sungguh dibekali dengan ketrampilan dasar untuk berkomunikasi. Dari membaca jurnal harian yang mereka buat, Sr. Magdalena SJMJ (Co-Magistra) menilai bahwa para novis sangat bersemangat mengikuti pelatihan ini dan memperoleh banyak bekal yang berguna untuk perutusan mereka. Sr. Magdalena SJMJ juga berterimakasih karena Universitas Sanata Dharma mengijinkan Romo Yoseph Ispuroyanto SJ mengampu pelatihan ini selama 5 hari dan mendampingi para novis dengan tekun. Setelah mengucapkan kaul pada 8 Juni 2024, para novis akan disebar ke berbagai penjuru tanah air untuk mulai bekerja di ladang Tuhan. (Peliput: Yoseph Ispuroyanto Iswarahadi SJ).
 
***

Kembali