AKTUALITA

Radikalisme, Fundamentalisme, dan Konservatisme: Sebuah Tantangan Aktual

     Konservatisme, radikalisme, dan fundamentalisme adalah suatu tantangan aktual yang dihadapi oleh masyarakat kita. Menghadapi tantangan ini, bagaimana sikap kita sebaiknya sebagai warga negara Indonesia yang amat kaya akan keberagaman? Pertanyaan inilah yang menjadi tema utama seminar bulanan September 2016 yang diadakan fakultas Teologi Wedabhakti, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tema yang diangkat pada seminar yang bertempat di ruang Kunjana ini adalah “Radikalisme, Fundamentalisme, dan Konservatisme: Sebuah Tantangan Aktual”.
     
Seminar pada tanggal 27 September 2016, yang dimoderatori oleh Dr. YB. Prasetyanta ini mengundang Dr. Zainal Abidin Bagir, MA. (Dosen Studi Agama dan Lintas Budaya UGM) dan Dr. Karlina Supelli (Dosen Pascasarjana STF Driyarkara) sebagai pembicara. Sesi seminar dibuka dengan pemaparan bapak Zainal dengan judul materi “Mengelola Keragaman yang Agonistik”. Indonesia sebagai suatu negara memiliki banyak keragaman yang berakar kuat dan sering mengundang ketegangan. Sebenarnya fenomena persoalan menghadapi keberagaman ini tidak hanya dialami oleh negara Indonesia. Persoalan menghadapi keberagaman itu adalah persoalan global yang ditemukan dalam setiap negara di berbagai benua. Meminjam istilah E.S. Hurd, govern religion, bapak Zainal menjelaskan bahwa negara sering kali menggunakan agama sebagai instrumen untuk mengontrol sebuah kelompok ataupun individu. Di sinilah negara dirasa bertanggungjawab didalam menjamin adanya ruang bagi toleransi di tengah keberagaman yang ada. Apa yang ditawarkan oleh pak Zainal adalah menerima keberagaman itu dengan jujur. Keberagaman itu bukanlah musuh yang harus dilenyapkan melainkan suatu lawan dimana kehadirannya dapat menambah hal-hal positif walaupun mempunyai kepentingan yang berbeda. Satu hal yang penting untuk selalu ditanamkan dalam pimikiran kita bahwa kesediaan untuk menerima adanya keberagaman itu. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan kritis, dan bukan hanya melalui pendidikan toleransi yang seperti telah berjalan.
 
    
     Tema mengenai pendidikan secara lebih mendalam selanjutnya dibahas oleh ibu Karlina dalam presentasi kedua. Sebagai seorang tenaga pendidik, ibu Karlina menawarkan suatu pendidikan kritis (mengandalkan nalar) yang tidak meninggalkan aspek pendidikan emosi. Pendidikan emosi itu sangat perlu mengingat nalar sebenarnya adalah alat bantu untuk memenuhi suatu kebutuhan yang digerakkan dari dalam diri oleh sebuah emosi. Pendidikan emosi itu perlu untuk menghadapi tantangan yang nyata seperti contoh dibawa oleh kemajuan sistem informasi internet. Internet sebagai media dapat juga digunakan untuk menebar teror. Sementara, sebagai konsumen kita acap kali hanya terampil dalam menggunakan teknologi, namun kurang terampil dalam berinternet. Resiko ini, dapat diatasi dengan pendidikan emosi di sekolah-sekolah. Suatu ide atau gagasan yang sedemikian baik untuk suatu keadaan, tidak akan terealisasi bila tidak menggerakkan orang-orang secara emosional. Lain halnya, apabila suatu ide itu secara emosional menggerakkan, pasti akan diikuti oleh banyak orang. Maka dari itu, salah satu cara efektif menangkal radikalisme, konservatisme dan fundamentalisme adalah dengan memperjuangkan pendidikan emosi, agar para murid mampu secara kritis mengelola emosi mereka.
     Setelah waktu rehat, Seminar kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi. Di akhir seminar, romo YB.Prasetyantha MSF sebagai moderator menyimpulkan beberapa hal. Pendidikan kritis yang meliputi sisi kognisi, emosi dan kehendak adalah hal 
penting untuk diperjuangkan. Pendidikan macam itu mengandaikan suatu perjumpaan dimana masing-masing orang mengalami keberagaman, hingga terbiasa menghadapi keberagaman itu. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, membangun suatu kemampuan untuk menjalani hidup bersama walaupun terdapat sebuah konflik di dalamnya dan membangun masyarakat yang memberi ruang, juga bagi mereka yang intoleran tanpa kekerasan.

-Johanes Jorgi-
 

  Kembali
Lihat Arsip