<< WEB USD

BERITA KEGIATAN

Keluar Zona Nyaman Menantang Diri Berubah Lewat Magister Manajemen
Magister Manajemen | 39 21 September 2023
Keluar Zona Nyaman Menantang Diri Berubah Lewat Magister Manajemen :: Magister Manajemen
Keluar Zona Nyaman Menantang Diri Berubah Lewat Magister Manajemen
Penulis: Chr. Danang Wahyu Prasetio, Mahasiswa Program School Management and Leadership.

“kita bisa mengambil pelajaran penting dari masa lalu,  akan tetapi kita tidak bisa hidup di dalam masa lalu”
(Lydon Jhonson)
 
Bangsa ini memiliki sosok Bapak Pendidikan Nasional yaitu, Dr. Driyarkara, S.J yang menjadi peletak dasar nilai pendidikan di Universitas Sanata Dharma yang “Cerdas dan Humanis”.  Beliau tokoh yang memiliki pandangan dan pemahaman tentang pendidikan yang mendasarkan pada pendidikan pribadi yang berkarakter tanpa mengkesampingkan hakekat manusia yang sesungguhnya, yaitu pribadi yang bahagia dan merdeka dengan mengedepankan pendidikan humanis. Pendidikan didefinisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Pendidikan sendiri adalah pelaksanaan (pemberlakuan) nilai-nilai yang mampu membawa peserta didik untuk mengalami, menghayati nilai-nilai yang dihidupi, sehingga peserta didik membangun nilai-nilai yang dihidupi tersebut dalam kepribadiannya. Peserta didik diarahkan agar ia mampu mengenal, menerima, menghayati, dan mengamalkan apa yang telah diajarkan sebagai dasar kehidupan, sebagai nilai yang tertinggi di dalam kehidupannya. Karena menurut Dr. Driyakarya, S.J mendidik itu adalah memanusiakan manusia muda dan mendidik itu adalah perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia, atau dengan kata lain memanusiakan manusia untuk bisa merdeka dan lepas bebas sebagai pribadi yang utuh.

Di lain sisi menurut pandangan masyarakat awam ketika berbicara tentang istilah "pendidikan" tidak bisa lepas dan dipisahkan dari karakter, yaitu keseimbangan antara pengetahuan, sikap dan perilaku atau sering disebut etitude. Pendidikan itu sendiri bisa diejawantakan terkait sekolah maupun juga perguruan tinggi. Dalam falsafah kehidupan yang namanya belajar itu sepanjang hayat, artinya selagi manusia masih hidup dia akan selalu belajar dan belajar. Belajar disini memiliki arti bahwa setiap ruang lingkup dari sendi-sendi kehidupan yang dilalui dan laksanakan menuntut untuk selalu belajar akan apa yang kita pikirkan, kita lakukan dan kita maknai dari setiap pengalaman yang diperoleh. Maka dalam belajar itu sendiri menurut pandangan saya tidak bisa dilepaskan dari dua unsur yang selalu melekat didalamnya yaitu tentang istilah berpikir kritis dan bijak, atau kalau kita mendengar, membaca dan melihat tagline dari Universitas Sanata Dharma adalah “Cerdas dan Humanis”.

Istilah tersebut pada dasarnya sama yaitu terkait pribadi yang utuh dimana ada keseimbangan antara; olah pikir, olah rasa dan olah kehendak. Dimana hal ini saya rasakan ketika masuk sebagai bagian dari komunitas USD, yaitu sebagai mahasiswa S2 MM harus berani keluar dari zona nyaman untuk mau menjadi pribadi pembelajar kembali dalam meng-update kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. Hal ini sangat saya rasakan ketika memulai masa orientasi dilanjutkan perkuliahan yang sudah berlangsung selama dua minggu ini, dimana saya diajak untuk berjuang, bekerja keras dan mengoptimalkan diri dalam pembelajaran tersebut.

Pengalaman perkuliahan yang bagi saya sangat menggelitik dan merubah cara pandang saya tentang konteks diri adalah lewat mata kuliah etika. Dimana dalam perkuliahan etika bisnis ini, saya diajak untuk menggali, mencari, memahami dan merumuskan apa itu etika? Setelah belajar bersama lewat penjelasan dosen dan diskusi dengan teman, akhirnya saya dapat menemukan sebuah jawaban yang bisa dijabarkan dengan sebuah kalimat menurut saya, bahwa etika adalah dasar dari seorang pribadi untuk bersikap serta berprilaku sesuai dengan hati nurani yang didasarkan pada kaedah dan tatanan serta aturan yang berlaku dimasyarakat luas, atau bisa disebut dengan istilah "nilai etis". Dimana pribadi yang bisa berpikir kritis dan bijak, dalam melakukan pengambilan keputusan pasti selalu memikirkan satu kata ini, yaitu nilai etis. Karena menurut pengertian saya yang dimaksud dengan nilai etis adalah suatu sikap prilaku seseorang yang memiliki kebijaksanaan dengan mengedepankan dan mencerminkan tujuan untuk kesejahteraan bersama demi terwujudnya kebahagiaan, kedamaian, dan kesinambungan yang memberikan pengaruh baik bagi kehidupan manusia, dan dari penjabaran ini bisa dikatakan bahwa pendidikan cerdas dan humanis akan membentuk pribadi yang memiliki nilai etis. 

Dalam hal ini sebagai manusia yang selalu belajar sepanjang hayat merupakan ciri khas dari seorang pembelajar yang harus selalu mengasah diri untuk belajar ilmu pengetahuan dalam bidang apapun sebagai wujud semangat magis. Istilah semangat magis sendiri dikalangan akademisi terutama mahasiswa USD, terkhusus di Magister Manajemen Program School Manajemen and Leadership sudah tidak asing lagi, mengapa? Karena latar belakang mahasiswa MM program SML adalah seorang pendidik yang berkarya dilembaga pendidikan yang selalu mengobarkan semangat magis pada diri sendiri, maupun komunitas yang ada didalamnya dan itu yang selalu saya coba perjuangkan.

Semangat magis ini sebagai spirit yang memberikan motivasi untuk selalu menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dalam bertindak maupun berkarya dilembaga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, terkait ini saya sendiri menyakini mudah untuk diucapkan tapi butuh perjuangan untuk dilakukan. Oleh karenanya sebagai insan pembelajar memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul dan lakukan yaitu memberikan pengaruh dan daya ubah yang baik untuk lingkungan sekitar, terlebih ketika melanjutkan studi di MM ini harus bisa menghadirkan pengaruh positif bagi diri sendiri dan juga lembaga, terkait hal ini yang menjadi PR bagi saya pribadi. Karena seseorang yang selalu berpikir positif, memiliki energi lebih untuk menggapai harapan.

Berpikir positif sama halnya dengan berpikir optimis, dimana kehidupan yang akan dilalui kedepannya pasti akan mendapatkan rintangan dan hambatan, akan tetapi ketika seseorang memiliki hal tersebut maka akan dapat mencari solusi dan jalan keluar bukan justru menghindar atau lari darinya. Maka dari keterangan ini bisa saya sampaikan bedanya orang optimis dan pesimis yaitu; orang optimis selalu melihat peluang dalam masalah dan sebaliknya orang pesimis selalu melihat masalah dalam peluang. Artinya setiap pilihan dan keputusan pasti mengandung resiko, tapi bagaimana kita bisa berpikir kritis dan bijak bahwa resiko itu tidak perlu ditakuti, akan tetapi dicari solusi dan jalan keluarnya untuk mendapatkan hasil yang terbaik atas pilihan dan keputusan yang telah dibuat dan inilah yang selalu saya maknai dan usahakan meskipun tidak mudah dan harus terbentur bentur dan akhirnya baru terbentuk.

Oleh karena itu menurut saya untuk dapat menjadi seorang pribadi yang berkarakter utuh harus memiliki dan melaksanakan tiga hal mendasar berkaitan dengan cara pandang yaitu; 1). Tidak seorang pun dapat berhasil dalam tindakannya jika ia tidak melakukannya dalam kesatuan, artinya bahwa seorang berkarakter antara apa yang menjadi perkataan dan perbuatan harus beriringan serta selaras, dengan kata lain perbuatannya adalah cerminan dari pola pikir. 2). Tidak seorang pun dapat melakukan dalam kesatuan jika dia tidak bertindak dengan kenyakinannya, artinya bahwa seorang berkarakter harus dapat membuat keputusan yang bijaksana. 3). Tidak seorang pun dapat bertindak dengan kenyakinannya jika dia tidak memiliki pikiran merdeka dan lepas bebas, artinya bahwa segala keputusan dan kebijakan yang diambil seorang berkarakter merupakan yang terbaik tanpa ada keraguan dan kebimbangan.

Konsep ini dapat ditemukan dalam paradigma pendidikan reflektif (PPR) yang telah dikembangkan dan dilaksanakan dilembaga-lembaga pendidikan sekolah katolik. Semangat pembelajar berkarakter yang berlandaskan paradigma pendidikan reflektif (PPR) ini didasarkan pada lima aspek yaitu; 1). Konteks, 2). Pengalaman, 3). Refleksi, 4). Aksi, dan 5). Evaluasi. Pada dasarnya Paradigma Pendidikan Reflektif ini, kuncinya yaitu, sebagai seorang pembelajar berkarakter harus selalu memiliki prinsip “hidup harus dihayati dengan melangkah ke depan, tetapi hanya dapat dipahami dengan menoleh kebelakang”,artinya pengalaman pergulatan untuk mengembangkan diri sebagai pembelajar berkarakter harus selalu didasarkan pada konsep Paradigma Pendidikan Reflektif (PPR) dalam proses dan dinamika yang dilaluinya. Karena pribadi yang berkarakter baik akan bisa bercerita, pribadi yang berkarakter pandai akan bisa menjelaskan, dan pribadi yang berkarakter hebat akan bisa menginspirasi, karena pribadi yang berkarakter hebat bukanlah yang cakap untuk dirinya sendiri, melainkan yang bisa menginspirasi orang lain untuk berubah lebih baik lagi.Semoga coretan liar dan imajenatif ini bisa membangunkan motivasi dan menginspirasi diri saya sendiri dan juga para pembaca, Amin. Terima kasih.
lihat berita Magister Manajemen lainnya>>
hal. 1  

Kontak Kami

Sekretariat FE USD
Universitas Sanata Dharma,
Jl. Affandi, Mrican, Caturtunggal, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY 55281
E-mail: fe@usd.ac.id
Telp: (0274) 513301 ex 1309
WA: 081328666553