<< WEB USD

BERITA KEGIATAN

Melatih Diri dalam Membuat Keputusan Etis
Magister Manajemen | 39 20 September 2023
Melatih Diri dalam Membuat Keputusan Etis :: Magister Manajemen
Melatih Diri dalam Membuat Keputusan Etis
Oleh: Antonius Agus Sulistyono, S.IP., S.Pd, Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma 2023
 
Suatu kisah di sekolah, ada anak sebut saja Sobari usia 10 tahun yang sering terlambat masuk  sekolah, padahal sekolah memiliki peraturan kedisiplinan yang ketat untuk membangun karakter disiplin. Awalnya sang guru selalu menghukum anak ini karena keterlambatannya, tetapi kemudian sang guru mulai berpikir dan bertanya dalam dirinya,”mengapa anak ini sering terlambat masuk sekolah ?”

Dari pertanyaan inilah, sang guru melakukan wawan hati dengan Sobari secara personal. Sang guru bertanya kepada Sobari tentang perasaannya selama ini jika terlambat masuk sekolah ? Sang guru pun bertanya mengapa Sobari sering terlambat masuk sekolah ? Dari proses wawan hati, sang guru menemukan sebuah permasalahan besar dalam hidup Sobari, yaitu Sobari seorang diri harus merawat ibunya yang sakit lumpuh setiap hari. Sobari yang hidup hanya bersama ibunya yang sakit, setiap hari harus merawat ibunya, memasak, menyiapkan makanan, dan menyuapi ibunya  sebelum berangkat sekolah. Perjuangannya yang luar biasa demi kasihnya kepada orang tua menjadi spirit yang dihidupi Sobari.

Dari kasus ini bagaimana kita bersikap sebagai guru, apakah kita akan menghukum Sobari terus-menerus karena sudah melanggar peraturan sekolah, ataukah kita memaklumi tindakan sobari yang terlambat karena konteks hidup yang melatarbelakagi keterlambatannya? Bagaimana kita mengambil keputusan etis bagi Sobari agar kedisiplinan di sekolah tetap ditegakkan namun Sobari juga bisa merawat ibunya dengan semaksimal mungkin ? Inilah dilema moral yang seringkali kita hadapi sebagai guru dan kepala sekolah. Guru selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan yang dilematis yang mengajak kita berjuang dan berpikir keras menyelesaikan masalah dengan bijaksana.
Ada beberapa langkah yang bisa menj
adi pertimbangan bagi guru dalam mengambil keputusan etis :
  1. Guru harus masuk pada kedalaman hati siswanya sehingga mampu menemukan fakta dibalik peristiwa yang terjadi, dan bukan asumsi yang melatarbelakangi pengambilan keputusan. Spirit cura personalis untuk masuk pada kedalaman hati, perasaan, dan konteks siswa menjadi bagian penting yang harus dilakukan dan dihidupi. Sentuhan hati akan mampu membuka pintu -pintu perasaan dan masalah yang tertutup yang dialami oleh siswa di sekolah kita masing-masing. Wawan hati secara personal menjadi sarana efektif untuk menemukan konteks yang mendasari sebuah perilaku dan tindakan siswa. Sudahkan kita punya waktu, punya hati, dan menghidupi semangat cura personalis? ini merupakan pertanyaan reflektif yang harus kita jawab.
Dalam proses ini kekuatan asah empati juga menjadi dasar dalam pengambilan keputusan etis, agar kita sebagai guru bisa merasakan apa yang siswa rasakan, dan akhirnya ini menjadi pertimbangan pengambilan keputusan etis.
  1. Guru harus mampu mengidentifikasi permasalahan etis yang terjadi dalam diri siswa. Kasus Sobari ini jika diidentifikasi mempunyai dua permasalahan etis yang bisa diangkat yaitu kedisiplinan dan kepedulian/kemurahan hati untuk melayani. Dari dua permasalahan etis ini, bagaimana sang guru mampu mengolah hidup Sobari sehingga Sobari mampu menggunakan nilai keutamaan kepedulian/kemurahan hati untuk melayani sebagai kekuatan diri menjadi pintu masuk untuk peduli juga terhadap nilai kedisiplinan sebagai peraturan sekolah yang harus dihidupi. Karena menghidupi kedisiplinan juga bermanfaat bagi pengembangan karakter diri. Dari proses inilah kemampuan discovering ability sang guru diasah dan diolah dalam proses pengembangan diri siswa secara positif.
  2. Pentingnya sang guru melatih imajinasi moral dalam setiap pertimbangan pengambilan keputusan etis. Contohnya: jika memaklumi Sobari sering terlambat karena merawat ibunya, maka apa dampak bagi sekolah, siswa lain, dan bagi perkembangan karakter Sobari. Tetapi di sisi lain jika Sobari mendapatkan hukuman sesuai peraturan yang berlaku di sekolah, apa dampaknya bagi Sobari dan bagi sekolah yang selalu mengembangkan nilai-nilai keutaman hidup seperti option for the poor, kepedulian/compassion, kemurahan hati, dan semangat kasih pada sesama ?
Imaginasi moral sang guru harus dilatih tidak hanya sekedar melihat pertimbangan keputusan dan dampaknya, tetapi guru juga harus melatih diri dalam menemukan alternatif-alternatif langkah terbaik dalam menyelesaikan permasalahan Sobari.
  1. Dari alternatif-alternatif langkah terbaik yang menjadi pertimbangan, bandingkan konsekuensi yang akan terjadi diantara alternatif yang akan diambil, pertimbangkan bagaimana upaya membangun nilai-nilai keutaman hidup di sekolah, dan kesadaran untuk membangun keseimbangan hak dan kewajiban siswa, serta pertimbangan yang diambil harus mampu membangun integritas sekolah bahwa kedisiplinan dan kemurahan hati/ kepedulian/ semangat kasih juga harus dihidupi sebagai spirit sekolah.
  2. Selain itu, kemampuan berdiskresi guru juga harus dilatih sebagai bentuk latihan Rohani untuk mampu mengolah diri dan menemukan solusi etis dari permasalahan yang muncul. Lalu bagaimana memperkuat kemampuan berdiskresi guru, agar memiliki kepekaan untuk mengambil keputusan berdasarkan roh kudus dan bukan roh jahat.
Berdiskresi adalah seni untuk  mengambil jarak antara diri sendiri dengan peristiwa atau permasalahan yang terjadi. Pentingnya mengambil jarak dalam proses diskresi menjadi bagian penting agar seseorang mampu  membuat interpretasi dan pemaknaan secara jernih karena tidak  melekat dengan permasalahan atau peristiwanya, sehingga memampukan kita menentukan pilihan yang selaras dengan bimbingan roh kudus.

Dalam berdiskresi, hening menjadi bagian penting untuk kita mampu mengambil jarak, jernih dalam merasa dan tajam dalam berpikir, serta mampu menemukan insight yang terkadang tidak kita temukan saat kita sibuk, dan penuh aktifitas. Apa yang anda temukan saat hening ? Mengapa hening sungguh penting ? Apa inspirasi yang anda dapatkan dengan keheningan ? Inilah beberapa pertanyaan penting yang bisa kita jawab sebagai pengolahan di dalam keheningan itu. Dengan keheningan, kita bisa merasakan apa yang biasa tidak kita rasakan, misalnya hembusan angin yang menyentuh kulit kita, dengan keheningan kita bisa mendengarkan suara-suara kicauan burung yang sangat jauh, yang tidak kita temukan saat kita gaduh, dan beraktifitas. Dengan keheningan pula, kita semakin sadar dan bersyukur kalau Tuhan memberi nafas kehidupan bagi kita.

Keheningan menguatkan kita untuk menemukan dan memetakan permasalahan hidup yang kita hadapi, sehingga kita mampu menemukan secara mendalam akar permasalahan hidup yang terjadi, bahkan di dalam keheningan kita bisa menemukan keutamaan hidup yang Tuhan ajarkan dari setiap permasalahan yang Tuhan berikan dalam pengalaman hidup kita. Keheningan ini, membantu kita untuk mengambil keputusan dengan jernih, baik, dan benar untuk kebaikan bersama, karena bukan emosi negatif yang menyelimuti keputusan kita, tetapi kejernihan berpikir dan merasalah yang memampukan kita memilih yang terbaik sesuai kehendak Allah.

Pengolahan asas dasar hidup juga menjadi bagian penting sebagai dasar kita berdiskresi sehingga sebuah prbadi menemukan tujuan sejati di dalam hidupnya yaitu untuk mengabdi dan memuliakan Allah demi keselamatan umat manusia dan lingkungan hidup. Mengapa pemimpin penting untuk mendalami asas dasar hidup ? Ini pertanyaan penting yang harus dijawab.

Asas dan dasar : “Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan. Karena itu manusia harus mempergunakannya, sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi, dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut, sejauh itu merintangi dirinya”. [1]

Asas dasar hidup adalah menguatkan manusia untuk menyadari, mengenal, dan merasakan secara mendalam makna sarana dan tujuan hidup. Bagaimana seorang pemimpin dilatih untuk menempatkan sarana secara tepat untuk mencapai tujuan sejati. Pemimpin terkadang tidak mampu mengambil keputusan yang bijaksana karena tidak tepat dalam menempatkan sarana dan tujuan sejati di dalam hidup dan kepemimpinannya. Apa itu sarana dan apa itu tujuan sejati ? Sarana dalam hidup kita adalah harta, uang, kekayaan, profesi, kedudukan, jabatan, bahkan hidup kita ini adalah sarana, sedangkan tujuan sejati adalah untuk mengabdi dan memuliakan Allah sehingga jiwa kita dan sesama kita selamat.

Penyadaran akan asas dasar ini harus dilatihkan pada diri kita, agar kita mampu mengambil keputusan dalam hidup kita sesuai dengan tujuan sejati yang diperjuangkan. Inilah proses penting berdiskresi, karena tidak sedikit pemimpin yang menempatkan sarana itu sebagai tujuan, yang mengakibatkan tujuan sejati tidak dapat dicapainya, misalnya kasus korupsi yang terjadi, mengapa pemimpin korupsi ? Karena pemimpin itu meletakkan sarana menjadi tujuan, mereka meletakan kekayaan, harta, jabatan sebagai tujuan, sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan semu itu, yang berakibat tujuan sejati untuk mengabdi dan memuliakan Allah, serta demi kebaikan bersama tidak tercapai. Inilah pentingnya pemimpin melatih kemampuan berdiskresi melalui pengolahan asas dasar hidup agar pemimpin mampu menemukan kehendak Allah dalam setiap keputusan dan langkah hidupnya.

Menyadari kelekatan tak teratur juga menjadi dasar bagi seorang pemimpin dalam berdiskresi, karena kelekatan tak teratur menjadikan keputusan yang diambil seorang pemimpin hanya mengarah pada kelekatan tak teraturnya, bukan pada kebaikan bersama, dan ini akan menghambat proses diskresi untuk menemukan keputusan sesuai dengan kehendak Allah. Misalnya: sesorang memiliki kelekatan tak teratur pada kedudukan dan jabatan, maka dalam perutusannya pemimpin tersebut akan berjuang hanya untuk kedudukan dan jabatannya tersebut, dan bahkan melupakan nilai-nilai kemanusiaan sebagai nilai esensial kehidupan.

Berdiskresi juga membutuhkan kepekaan dan daya kritis dalam melihat setiap permasalahan, seorang pemimpin harus dilatih kritis dalam mengolah input, proses, dan output dari sebuah keputusan yang diambilnya. Contohnya dalam membantu pedagang yang mengalami krisis keuangan, bagaimana pemimpin tidak hanya memberi uang atau modal saja sebagai input, tetapi juga memberdayakan dalam prosesnya, sehingga menghasilkan output yaitu pedagang yang berdaya sebagai bentuk pemberdayaan masyakat, karena kasih itu mendidik dan memberdayakan. Pemimpin harus cermat dalam melihat input, proses, dan outputnya karena terkadang roh jahat itu hadir lewat hal-hal yang seolah-olah baik. Misalnya memberi bantuan keuangan pada mereka yang marginal tanpa ada proses pemberdayaan akan mengakibatkan orang menjadi tidak berdaya. Dari proses inilah, seorang pemimpin harus dilatih dan diberdayakan untuk mampu secara kritis mengolah input, proses, dan output agar mampu mewujudnyatakan bonum commune (kebaikan bersama).[2]
  1. Proses selanjutnya adalah membuat keputusan etis berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan sehingga mampu mengambil keputusan yang bijaksana, etis, dan menjunjung tinggi social responsibility bagi kebaikan bersama (bonum commune).
 
 
 

[1] Latihan Rohani, Yogyakarta : PT. Kanisius, 1993, hlm 45

[2] Antonius Agus Sulistyono, Inspirasimu, Semangat Hidupku, Yogyakarta : Pustaka Egaliter, 2023. Hlm 60-64.

lihat berita Magister Manajemen lainnya>>
hal. 1  

Kontak Kami

Sekretariat FE USD
Universitas Sanata Dharma,
Jl. Affandi, Mrican, Caturtunggal, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY 55281
E-mail: fe@usd.ac.id
Telp: (0274) 513301 ex 1309
WA: 081328666553