USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Orang Muda Jangan Ragu dan Takut untuk Terlibat

diupdate: 2 tahun yang lalu




Universitas Sanata Dharma khususnya Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik (Pendikkat USD) pada hari Sabtu (20/11) menyelenggarakan Seminar Nasional bertema “Orang Muda, Kamu Hidup?” secara daring melalui aplikasi zoom. Rena, salah satu panitia penyelenggara, menyatakan bahwa tema seminar tahunan ini dipilih dalam rangka program studi Pendikkat USD ikut berpartisipasi dalam peringatan Hari Orang Muda Sedunia dan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam yang jatuh pada tanggal 21 November. Alasan khusus dipilihnya tema seminar ini adalah untuk mengajak kaum muda menyadari perannya dalam gereja maupun lingkungan masyarakat, serta menyadarkan gereja untuk membuka kesempatan bagi orang muda untuk terlibat dalam karya gereja sesuai dengan fokus dari Paus Fransiskus tentang orang muda menjadi generasi penerus gereja saat ini dan masa mendatang. Peserta yang mengikuti seminar terdiri dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, umat gereja, komunitas dengan jumlah 440 peserta.

Seminar ini dimoderatori oleh Romo Ernest Justin, SJ., S.Psi., M.Hum, selaku dosen program studi Psikologi USD. Pada seminar ini, terdapat 6 pembicara yang memiliki latar belakang pendidikan maupun pekerjaan yang berbeda. RD. Frans Krsiti Adi Prasetya berkesempatan menjadi narasumber pertama. Romo Kristi sapaan akrabnya, merupakan Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI. Dalam kesempatannya, Romo Kristi menyatakan bahwa masa muda bukan sekedar sebuah kebanggaan tetapi merupakan karunia Allah dengan menjawab panggilan-panggilan Allah. Orang muda dipanggil dalam kekudusan dengan kadar resiko dan tantangnnya sendiri. Dalam berkembang untuk menjawab panggilan, stigma buruk kadang hadir dan memunculkan keraguan orang muda dalam menjawab panggilan untuk terlibat bagi perkembangan gereja maupun umat. Romo Kristi menyatakan bahwa ini merupakan tantangan juga bagi gereja dalam menyediakan ruang perjumpaan antara orang muda dan gereja yang berjalan beriringan untuk satu tujuan yang sama antara gereja dan orang muda. Romo Kristi pun mengajak orang muda tidak hanya berdiam diri di dalam kamar saja, tetapi mengembangkan sikap kekatolikan serta minat bakat di lingkungan masyarakat secara langsung dengan menghilangkan keraguan itu. Gereja benar-benar mau ikut dan hadir dalam menyediakan wadah bagi orang muda untuk bersama melayani Allah.

Narasumber yang kedua adalah seorang yang menjabat sebagai Wakil Indonesia dalam Badan Penasihat Pemuda Internasional bernama Agatha Lydia Natania. Ia menyampaikan materi tentang buku yang diterjemahkannya berjudul Christus Vivit atau Kristus Hidup. Agatha sapaan akrabnya menyampaikan inti dari buku tersebut, orang muda diajak untuk menjadi pelaku utama perubahan serta orang muda diajak untuk langsung turun kelapangan dengan melayani sesama dengan kemampuannya masing-masing. Walau tantangan keraguan diri, rasa khawatir dan rasa segan masih menyelimuti orang muda dalam melakukan perubahan, Agatha mengajak orang muda untuk memberanikan diri melangkah walau nanti ada resiko dalam melakukan kesalahan. Agata menganggap hal itu wajar saat dalam proses belajar mengembangkan diri.

Narasumber yang ketiga adalah seorang dosen Universitas Atmajaya Yogyakarta program studi Ilmu Komuniakasi bernama Yohanes Widodo, M.Sc. Mas Boi nama panggilannya membahas hal yang sama tentang Christus Vivit. Mas Boi dalam kesempatannya lebih menekankan tentang perkembangan orang muda dan teknologi. Mas Boi mengajak orang muda untuk beralih dari hubungan virtual ke komunikasi langsung yang baik dan sehat. Komunikasi secara langsung dengan keterbukaan perkembangan digital, dimana dunia digital punya banyak potensi untuk perkembangan gereja maupun perwataan gerja dengan gaya baru. Salah satu contohnya adalah perkembangan teknologi di masa pandemi. Sangat banyak akun media sosial gereja atau komunitas dalam membantu penyelenggaraan misa online, penyampaian renungan harian, pelayanan online dan lain sebagainya menjadi semakin berkembang. Hal ini tidak jauh dari kemampuan orang muda untuk terus berusaha mengasah kemampuan teknologinya sehingga gereja mampu melayani Tuhan dan umat gereja ditengah keterbatasan bertemu secara langsung.

Diundang pula sebagai narasumber, Romo F.X. Alip Suwito, Pr., Romo Paroki Kristus Raja, Baciro. Beliau berbagi pengalamannya berdinamika bersama orang muda. Orang muda rela mengorbankan kemapanan untuk melakukan aktualisasi diri dengan bertransisi menjadi entrepreneur. Alasan utamanya yaitu dorongan untuk merdeka secara finansial dan pemikiran, melestarikan lingkungan pertemanan, memberi kontribusi kepada komunitas, dan pembuktian terhadap orang tua bahwa orang muda mampu hidup mandiri melalui passion mereka. Dalam hal ini, orang tua dapat menemani dengan menumbuhkan keberanian pada orang muda untuk bertanggung jawab dengan keyakinan bahwa kesalahan, kegagalan, dan krisis menjadi pengalaman yang memperkuat kemanusiaan mereka. Gereja berperan penting dalam aktualisasai diri orang muda dan gereja pun membutuhkan peran orang muda sehingga diusahakan gereja menjadi rumah yang ramah untuk orang muda. Dalam usahanya ini, gereja diajak membangun ruang publik yang merupakan bagian penting bagi kehidupan anak muda untuk berkomunitas.

Agustinus Rudi Winarto, S.Pd., M.A., dosen program studi Pendikkat USD, sebagai pembicara kelima mengawali pemaparannya dengan mengingatkan orang muda bahwa Allah mengasihi tanpa batas dalam keadaan apapun dan Allah tidak mau menyimpan kesalahan orang muda tetapi Dia mengajak untuk mempejalari sesuatu. Ia melanjutkan paparannya mengenai penegasan rohani, disebutkan dalam Christus Vivit bahwa kita kembali pada diri kita sendiri dan kita membiarkan diri kita diubah oleh Kristus dan pada saat yang sama melakukan tindakan kebaikan yang diuji melalui pemeriksaan batin. Orang muda diajak untuk tidak takut sebab Tuhan berbicara kepada kita setiap saat, dalam hal apapun, dan dimanapun kita berada. Dalam Cristus Vivit telah disebutkan bahwa kalian (orang muda) ada untuk Allah, tidak diragukan lagi. Dipaparkan pula hal yang dapat dilakukan orang tua yaitu mendengarkan dan mendampingi dengan memberikan kepekaan atau perhatian pada pribadi, penegasan rohani untuk mendorong keinginan orang muda. Diakhir pemaparannya, ia mengajak orang muda untuk bangkit dan berani bersaksi.

Pembicara terakhir dalam seminar ini yaitu Angela Yovita Kristiani Cahyaningtyas, mahasiswi program studi Pendikkat USD. Disampaikan bahwa pendekatan terbaik untuk orang muda berupa Katekese Sebaya (Peer Catechesis) dengan mencoba mendengarkan orang muda. Jika mengetahui hal yang menjadi keinginan orang muda maka dapat dilakukan pemberdayaan orang muda untuk mewartakan iman katolik dengan lebih pas. Ia membagikan pengalamannya membuat katekese kombinasi antara digital dan narasi di OMK Gereja St. Anotnius Kota Baru Yogyakarta. Katekese kombinasi ini dibuat dengan tujuan orang muda dapat lebih menyukai dan memahami apa yang ingin disamapiakn untuk melayani gereja. Ia menyampaikan harapannya agar orang muda dan gereja bisa lebih bersinergi agar gereja selalu memiliki penerusnya, tidak hanya melibatkan orang tua saja dalam setiap kegiatan gereja.

Salah satu pertanyaan menarik pada saat sesi tanya jawab bagi peserta seminar dan pembicara adalah tentang bagaimana menumbuhkan hubungan yang harmonis antara orang muda dan gereja karena saat ini belum nampak dan kurangnya dukungan dari umat, pertanyaan dari Klaudius Himang mahasiswa UST. Romo Kristi menjawab hal tersebut dengan mengajak orang muda dan seluruh umat maupun gereja menumbuhkan “new believed”. Gereja mendengarkan orang muda dan mencoba membangun keyakinan bagi umat bahwa orang muda berkumpul tidak sia-sia tetapi menghasilkan suatu hal yang berguna, serta meyakinkan umat khususnya orang tua bahwa orang muda berupaya berkembang bagi gereja itu melalui proses. Pak Rudi dalam ucapan penutupnya juga menyampaikan bahwa orang muda itu sejatinya mudah untuk mengembangkan potensi gereja, dengan cara dekati, cari tahu minatnya ,dan ajak untuk bangkit.

(NZR & YBA)

  kembali