USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

FE USD Menjadi Mitra Dinas Pariwisata DIY Pendampingan Desa Wisata di Desa Mandiri Budaya Girikerto

diupdate: 2 tahun yang lalu




Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma (FE USD) memperoleh kepercayaan untuk menjadi mitra Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk memberikan pendampingan Desa Wisata dalam Kerangka Desa Mandiri Budaya, pada tanggal 18-22 Oktober 2021 di Desa Ekowisaya Pancoh, Kalurahan Girikerto, Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman DIY. Tim dosen dari  FE USD yang mendampingi yaitu (1) Dr. Ike Janita Dewi; (2) Ferrynella Purbalaksana, S.E., M.M.; (3) Fransisca Desiana Pranatasari, S.E., M.M.; (4) Maria Angela Diva Vilaningrum Wadyatenti, M.Sc.; (5) Lucia Kurniawati, S.Pd., M.S.M.; (6) Ima Kristina Yulita, M.Sc.; (7) Januari Ayu Fridayani, M.M.; (8) Kristia, M.B.A.; (9) Patrick Vivid Adinata, M.Si.; dan (10) Drs. Rubiyatno, M.M.

Dalam kegiatan ini hadir dari pengurus desa mandiri budaya dan 4 pilar penyangganya yakni dari unsur desa wisata, desa preneur, desa prima dan desa budaya, dengan jumlah 25 orang. Salah satu sebagai peserta adalah Ketua Desa Mandiri Budaya, dan beberapa pengurus pengelola penyedia jasa wisata, misalnya pengelola daya Tarik wisata Nganggkring, Pancoh, Kemiri Kebo, Sukorejo dan Daleman, juga ada pengurus dari desa prima, desa preneur dan desa budaya.

Dalam pendampingan selama lima hari tersebut peserta diawali dengan pemahaman desa mandiri budaya dengan 4 pilarnya, sehingga terjadi sinergi serta kolaborasi dalam mencapai tujuan desa mandiri budaya, yakni desa yang tangguh dan berdaya saing. Walaupun desa wisata dapat menjadi penggerak bagi pilar yang lain, namun tidak boleh meninggalkan peran dari pilar yang lain. Berkenaan dengan peran dari desa wisata maka juga dikenalkan mengenai sertifikasi CHSE. Sertifikasi CHSE adalah proses pemberian sertifikat kepada Usaha Pariwisata, Destinasi Pariwisata, dan Produk Pariwisata lainnya untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan idendifikasi potensi baik wisata, budaya, preneur maupun prima.

Selanjutkan melakukan analisis potensi di Kelurahan Girikerto. Potensi yang ada di Kalurahan Girikerto, oleh peserta teridentifikasi meliputi pertunjukan budaya yang ditampilkan secara reguler (live streaming) pada beberapa padukuhan. Pertunjukan budaya yang ada di Girikerto: jathilan, ketoprak, wayang orang, karawitan. Selain itu peserta mengidentifikasi potensi lain yakni souvenir dan olahan khas: wingko salak, stick salak, cereal. Selain itu juga terdapat kerajinan gantungan kunci dari kulit salak, batik, sabun susu, perajin batik, dan sungai dengan air yang melimpah (kurang lebih teridentifikasi 300 mata air). Selain itu ibu ibu pernah memperoleh pelatihan frozen food ikan nila. Di Kelurahan Girikerta juga terdapat track sepeda sudah dikelola oleh anak muda, yang paham social media. Akan tetapi memang belum menemukan souvenir khas Girikerto, yang berbeda dengan tempat yang lain.

Dengan begitu banyak potensi tersebut maka kegiatan dilanjutkan dengan menemukan keunikan dari Girikerto, pada tahap ini memang tidak mudah menemukan, dalam waktu yang terbatas tersebut terungkap bahwa keadaan alam dan budaya yang dapat dijadikan keunikan Kalurahan Girikerto. Dari keunikan yang terungkap tersebut dilanjutkan dengan pembuatan paket dan program wisata, dalam kegiatan inilah sinergi dan kolaborasi diarahkan sehingga lebih baik daripada masing masing pilar berjalan sendiri sendiri. Hasil dari pembuatan paket dan program ini kemudian dibuat branding atas wisata di Kalurahan Girikerto.

Selanjutnya, peserta diberi pekerjaan rumah untuk membuat video atau foto yang menarik mengenai potensi yang ada. Tahap terakhir dari pendampingan ini adalah pendampingan dalam strategi komunikasi pemasaran dengan menggunakan teknologi digital yakni penggunaan aplikasi media sosial dalam hal ini Instagram. Peserta memposting video atau poto yang menarik yang sudah disiapkan, dengan hastag visitingjogja dan membuat caption yang menarik, kemudian pendamping memberi komentar dan memilih yang menurut pendamping menarik dan sesuai arahan dan peserta mendapatkan doorprize sederhana.

Selama proses pendampingan peserta terlihat antusias dalam mengikuti seluruh rangkaian acara, hal itu dimungkinkan karena metode yang digunakan meminimalkan ceramah, lebih banyak sharing, diskusi, presentasi, dan praktek. Metode diskusi dilakukan membuat program dan paket wisata, sedangkan praktek dilakukan dengan melakukan posting di Instagram, peserta diminta membuat hastag visitingjogya, ternyata peserta sangat kreatif dalam membuat caption dan hastag.  Secara umum peserta mengevaluasi kegiatan sebagai kegiatan yang bermanfaat dan kerkeinginan diskusi lebih lanjut untuk pengembangan Desa Mandiri Budaya.

(RB)

  kembali