Aktivitas akademik di Fakultas Filsafat Keilahian Universitas Sanata Dharma – Fakultas Teologi Wedabhakti dimulai kembali pada hari Jumat, 13 Agustus 2021. Kembalinya aktivitas akademik ini ditandai dengan diadakannya Perayaan Ekaristi Pembukaan Tahun Akademik 2021/2022 di Kapel Seminari Tinggi Santo Paulus yang mengangkat tema “Menjadi Gereja Inkulturatif di Masa Pandemi Covid-19”. Dalam Perayaan Ekatisti tersebut juga disematkan rasa syukur Fakultas Filsafat Keilahian USD atas pengukuhan Romo E. P. D. Martasudjita sebagai guru besar bidang Ilmu Teologia. Secara khusus pula, pada tahun ini Fakultas Filsafat Keilahian USD menyambut Rm. Agustinus Agus Widodo, Pr sebagai dosen baru bidang Teologi Patristik, 86 mahasiswa baru program sarjana, 13 mahasiswa baru program magister, dan 41 mahasiswa program bakaloreat.
Perayaan Ekaristi yang disiarkan melalui aplikasi Zoom dan Kanal YouTube TheoTalk tersebut dipimpin oleh Bapak Ignatius Kardinal Suharyo sebagai konselebran utama, serta didampingi oleh Rm. Albertus Bagus Laksana, SJ (Dekan Fakultas Filsafat Keilahian USD), Rm. Stefanus Gitowiratmo, Pr (dosen emeritus Fakultas Filsafat Keilahian USD), dan Rm. Emanuel Pranawa Dhatu Martasudjita, Pr (guru besar baru Fakultas Filsafat Keilahian USD). Dalam khotbah beliau, Bapak Ignatius Kardinal Suharyo mendorong seluruh civitas akademika Fakultas Filsafat Keilahian USD untuk “menuliskan kisah baru” dalam Kisah Para Rasul bab 29 yang berdasar pada pewartaan Gereja Indonesia. Pewartaan yang dimaksudkan bukan pewartaan yang susah dimengerti, melainkan pewartaan yang dapat menyentuh perasaan dan sekaligus berdaya ubah. Pertanyaannya saat ini adalah bahwa warta Injil macam apa yang dapat menyentuh dan berdaya ubah?
Di samping itu, Rm. Bagus juga memberikan tujuh darma untuk menjadi pegangan dalam menghadapi gelombang masa kritis ini. Ketujuh darma ini menekankan tentang kepedulian kita terhadap sesama dan juga seluruh mahkluk ciptaan di bumi ini. Seorang manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Ia memerlukan orang lain atau mahkluk ciptaan lain untuk dapat bertahan hidup. Kepedulian tersebut tidak harus hal yang global tapi juga hal yang lokal. Teologi berperan untuk meningkatkan kepedulian dengan menjawab persoalan-persoalan yang eksistensial dan meningkatkan hubungan dengan masyarakat. Hal ini diperlukan sebagai bentuk upaya teologi yang semakin peduli dan berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat.
(Yohanes Rafael & Patrik Diego)
Kotbah Bapak Kardinal Ignatius Suharyo
Lectio Brevis Rm. Alb. Bagus Laksana, SJ., Ph.D.